Rabu, 10 Desember 2008

Metode Perhitungan Kinerja Portfolio

Sebagai investor, kita tentunya ingin mengetahui bagaimana kinerja portofolio investasi kita. Dalam investasi di reksa dana, misalnya, setiap bulan manajer investasi menerbitkan Fund Fact Sheet yang memuat tabel kinerja reksa dana untuk periode 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, sejak awal tahun (Year To Date/YTD) dan sejak peluncuran (Since Inception/SI). 

Sayangnya, banyak investor yang tidak memahami bagaimana kinerja reksa dana dihitung sehingga angka?angka yang disampaikan dalam Fund Fact Sheet kemudian tidak bisa diinterpretasikan dengan benar. Dalam tulisan ini penulis mencoba memberikan gambaran mengenai bagaimana kinerja portofolio dihitung. Untuk mempermudah pemahaman, penulis juga menyampaikan ilustrasi dengan angka-angka sederhana.

Dalam perhitungan kinerja portofolio ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan: 
Jangka waktu perhitungan
Tolok ukur
Metode perhitungan
Ada/tidaknya arus dana masuk/keluar dalam portofolio

Sedangkan untuk metode perhitungannya ada beberapa macam, di antaranya:

Agar artikel ini tidak menjadi terlalu panjang dan sulit dicerna, dalam artikel ini penulis hanya akan membahas mengenai metode yang mengabaikan tingkat risiko. Sedangkan untuk metode yang memperhitungkan tingkat risiko akan dimuat dalam artikel lanjutan  

Mari kita mulai pembahasan dengan langsung membahas ilustrasi berikut ini. Misalkan portofolio anda memiliki kinerja sebagai berikut dan tidak ada penambahan dana selama periode investasi.

Arithmetic return 

Jika kita menggunakan metode arithmetic return, maka return rata-rata per tahun dihitung menggunakan rumus

Perhitungan historical return dengan menggunakan arithmetic return memberikan informasi yang salah, karena hanya menghitung rata-rata kinerja, tidak memperhitungkan efek bunga berbunga (compounding effect) dari investasi – dalam hal ini lebih tepat digunakan geometric return. Untuk menghitung total return (kinerja) selama 5 tahun, digunakan rumus TR = (nilai akhir – nilai awal)/(nilai awal) x 100% = (148-100)/100 x 100% = 48%. Angka 48% ini juga bisa diperoleh dengan metode geometric return. Untuk menghitung geometric return, kita gunakan variabel Holding Period Return (HPR) = 1+HPY.

Perhitungan geometric return merupakan perhitungan time-weighted rate of return, yaitu perhitungan kinerja return yang memperhitungkan periode investasi (adanya efek compounding). Geometric return digunakan dalam perhitungan kinerja investasi untuk
tujuan perbandingan, misalnya dengan portofolio lain atau dengan tolok ukur. Kinerja reksa dana sebagaimana dimuat dalam Fund Fact Sheet dihitung dengan metode ini. 

Bagaimana jika investor melakukan penambahan atau penarikan dana selama periode investasinya? Jika demikian, perhitungan kinerja investasinya adalah untuk mengukur pertumbuhan dananya. Untuk perhitungan kinerja investasinya, yang digunakan adalah metode Money Weighted Rate of Return (MWRR), yaitu dengan konsep Internal Rate of Return (IRR). Coba kita perhatikan ilustrasi berikut:

Dalam hal ini total return tidak bisa dihitung hanya dengan melihat nilai awal dan nilai akhir investasi saja:

Untuk menghitung pertumbuhan dana, total return dihitung dengan konsep IRR:

Dengan menggunakan kalkulator finansial atau Excel, nilai r (IRR) bisa didapat, yaitu sebesar 9.36% per tahun.QuizBerikut penulis akan memberikan kinerja investasi dua manajer investasi, A dan B. Dapatkah anda menentukan mana manajer investasi yang lebih baik kinerjanya? Metode perhitungan mana yang harus anda gunakan?


Sumber : Melinda Natalia Wiria (member portalreksadana.com)

Alokasi Biaya dan Imbalan Jasa Reksa Dana

Penulis sering mendapatkan pertanyaan seputar biaya pembelian (subscription) dan penjualan kembali (redemption) unit penyertaan dari calon investor ritel yang kelihatannya sangat peduli akan kedua biaya ini. Kebetulan tidak banyak yang tahu bahwa MI di mana penulis bekerja tidak melayani nasabah ritel, sehingga tidak jarang penulis sering menerima panggilan telepon dari investor ritel yang ingin berinvestasi langsung dengan harapan bisa mendapatkan keringanan atau bahkan bebas biaya pembelian atau penjualan kembali. 

Namun ternyata sebagian besar investor ritel tidak memahami struktur alokasi biaya dan imbalan jasa reksa dana. Banyak yang tidak memahami bahwa sebenarnya ada biaya-biaya yang menjadi tanggungan reksa dana, ada yang ditanggung oleh MI dan ada pula yang dibebankan kepada nasabah. 

Dalam prospektus reksa dana ada bab khusus yang memuat uraian tentang alokasi biaya dan imbalan jasa reksa dana. Alokasi biaya ini biasanya terbagi dalam 3 kelompok: 

1. Biaya yang menjadi beban reksa dana 

a. imbalan jasa manajer investasi 
b. imbalan jasa bank kustodian 
c. biaya transaksi efek
d. imbalan jasa akuntan dan konsultan hukum 
e. biaya pembuatan laporan keuangan 
f. biaya pembaharuan & distribusi prospektus 
g. biaya pengeluaran untuk keperluan mendesak demi kepentingan reksa dana
h. pembayaran pajak yang berkenaan dengan biaya-biaya tersebut di atas. 

2. Biaya yang menjadi beban MI 

a. biaya persiapan pembuatan reksa dana (pembuatan KIK dan dokumen-dokumen yang diperlukan, termasuk imbalan jasa akuntan, konsultan hukum dan notaris)
b. biaya administrasi pengelolaan portofolio reksa dana (telepon, fax, fotokopi, transportasi dari MI dalam menjalankan usahanya) 
c. biaya pemasaran (termasuk biaya pencetakan, promosi dan iklan reksa dana),
d. biaya pencetakan dan distribusi formulir transaksi (pembelian, formulir penjualan kembali, formulir pengalihan unit penyertaan dan bukti kepemilikan unit penyertaan) 
e. biaya pencetakan dan distribusi prospektus yang pertama kali
f. imbalan jasa konsultan hukum, akuntan dan notaries serta biaya lain kepada pihak ketiga (jika ada) sekiranya reksa dana dibubarkan. 

3. Biaya yang menjadi beban pemegang unit penyertaan 

a. biaya pembelian unit penyertaan (subscription fee)
b. biaya penjualan kembali unit penyertaan (redemption fee) 
c. biaya pengalihan unit penyertaan (switching fee)
d. semua biaya bank (pemindahbukuan/transfer) sehubungan dengan pembayaran pembelian, penjualan kembali dan pengalihan unit penyertaan (jika ada). 

Biaya-biaya (3 a-c) ini dibayarkan kepada agen penjual yang ditunjuk oleh MI. Nah, biaya-biaya ini bisa bervariasi dari satu agen penjual ke agen penjual lainnya, misalnya jika dalam prospektus hanya tercantum maksimumnya saja. Jadi kalau misalnya untuk subscription fee tercantum maksimum 1% dari nilai transaksi, maka agen penjual bisa membebankan angka berapapun asal tidak lebih dari 1%, atau bahkan tidak membebankan sama sekali (bebas subscription fee). Sedangkan untuk redemption fee, terkadang MI mengatur sedemikian rupa sehingga nasabah hanya dikenakan redemption fee jika sudah berinvestasi melebihi batas waktu tertentu (misalnya 1 tahun) agar investor mengambil horizon investasi jangka panjang.

Sumber : Melinda Natalia Wiria (member portalreksadana.com)

Jumat, 31 Oktober 2008

Asal Mula Permasalahan Kredit Perumahan di U.S


Sumber : Subprime Mortgage Credit Derivatives, Fabozzi, diolah

Dari $6.3 T securitized mortgage debt, terlihat bahwa nilai subprime mortgage di US adalah 800 miliar USD. Yang dimaksud dengan securitized adalah konversi utang menjadi surat berharga yang bisa dijual ke market.

Sedikit cerita mengenai ini. Dari $23T nilai pasar perumahan di US, 47% nya atau $10.7 T dijaminkan. Dari nilai tersebut, $6.3 T dijadikan surat berharga(securitized). Aset-aset tersebut dibagi lagi berdasarkan pihak yang menjamin (underwriter) menjadi agency mortgage dan non-agency mortgage. Pihak yang disebut agency adalah dari pemerintah, baik government agency (Ginnie Mae) ataupun government-sponsored enterprises (Fannie Mae dan Freddie Mac).

Non-agency mortgage adalah mortgage yang dengan berbagai alasan tidak memenuhi kriteria untuk dijamin oleh agency, baik karena skalanya yang terlalu besar (Jumbo Prime) maupun tidak memenuhi syarat sebagai peminjam (Alt-A dan Subprime). Seperti yang kita ketahui bersama, subprime borrower inilah yang menjadi pemicu terjadinya krisis finansial saat ini.

Jumlah sebesar $800 miliar tersebut hanyalah mortgage dan belum termasuk produk derivatifnya seperti CDO yang menggabungkan securitized mortgage tersebut dengan obligasi yang ratingnya lebih tinggi sehingga menjadi lebih "layak" sebagai instrumen investasi. Yang saya belum dapat infonya berapakah nilai sesungguhnya aset yang exposed terhadap risiko krisis finansial ini.

Surat berharga turunan dari subprime mortgage inilah yang menyebabkan krisis menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Sebuah konsekuensi dari globalisasi di mana kita bisa membeli dan menjual barang apapun dari seluruh dunia. Yes, produk derivatif/turunan adalah salah satu senjata yang paling berbahaya yang pernah diciptakan oleh Wall Street.

Jika kita mau berintrospeksi, sebenarnya apakah fungsi dari derivatif itu? Mengapa kita harus mengeluarkan CDO, futures, options, dll? Apakah tujuan utamanya untuk mencari keuntungan?Nope. Produk derivatif diciptakan untuk melakukan fungsi hedging(lindung nilai) terhadap underlying assetnya. Agar tidak membutuhkan dana yang banyak, maka pada umumnya produk derivatif memberlakukan sistem margin. Pada sistem ini, kita dapat bertransaksi walaupun dana yang kita miliki tidak cukup.

Timbul pertanyaan. Lah kalo dananya tidak cukup, kekurangan dana untuk transaksi siapa yang menalangi? Dapat dikatakan kekurangan dana dalam transaksi margin, di-create out of thin air. Artinya, uang tersebut hanya secara virtual diciptakan. Hal inilah yang menyebabkan transaksi derivatif sangat berbahaya karena sangat sulit memperkirakan seberapa banyak uang "virtual" ini "diciptakan".

Permasalahan derivatif ini adalah permasalahan lama yang baru meledak sekarang. Permasalahan ini sudah mulai muncul dari zaman presiden Reagan yang berpendapat bahwa tidak diperlukan regulasi pada market derivatif. Akibatnya, semakin banyak produk derivatif yang membanjiri pasar dan belum dapat dikalkulasikan risikonya. Kalkulasi risiko dari derivatif menjadi semakin sulit manakala produk yang ditawarkan semakin kompleks.

Sekedar mengingatkan. Bahkan peraih Nobel Ekonomi yang menjadi fund manager Long Term Capital Management(LTCM) pun gagal dalam memprediksi risiko produk derivatif. Akibatnya, tidak hanya LTCM yang ambruk karena default namun juga perekonomian seluruh dunia ikut meriang pada tahun 1998.

Mengutip speech dari Gordon Gekko di film Wall Street:

The point is, ladies and gentlemen, greed is good. Greed works, greed is right. Greed clarifies, cuts through, and captures the essence of the evolutionary spirit. Greed in all its forms, greed for life, money, love, knowledge, has marked the upward surge of mankind -- and greed, mark my words -- will save not only Teldar Paper but that other malfunctioning corporation called the USA...Thank you

Saat ini, tampaknya greed yang akan memakan US.

Apakah program bail-out sebesar $700 miliar yang dipersiapakan oleh pemerintah US cukup untuk menuntaskan masalah ini?ataukah dana tersebut hanya akan menggarami lautan?
Sumber : Bro dunkz (member portal reksadana)

Jumat, 24 Oktober 2008

Trik memilih investasi

Saat ini banyak orang yang menanyakan tentang investasi apa yang bagus untuk masa dapan mereka.
Jujur saja penulis agak bingung untuk menjawab pertaanyaan yang sebenarnya sederhana. 
Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk memilih investasi yang cocok untuk seseorang.
Pertama, sesuaikan investasi anda dengan profil resiko anda. Misalnya saja bila anda termasuk tipe yang konserfatif, maka investasi anda yang cocok untuk anda adalah deposito, RDPU, emas, tanah, tabungan rencana, dll (walaupun ada bebrapa diantara itu menurut saya kurang pas sebagai dikatakan investasi karena inflasi lebih besar daripada inflasi).
Tipe selanjutnya adalah toleransi dengan sedikit resiko, maka tipe yang cocok untuk mereka adalah Obligasi, Asuransi plus investasi(unit link), sukuk, RDPT, properti, dll.
Tipe selanutnya adalah berani mengambil resiko walaupun tidak begitu besar, maka tipe yang cocok adalah RDC, unit link, saham defensif, dll.
Tipe sekanjutnya adalah pengambil resiko tinggi (risk taker), maka tipe yang cock untuk anda adalah RDS dan Saham

Kedua, sesuaikan investasi anda dengan waktu yang ingin ditempuh.
Misalnya bila tujuannya untuk jangka pendek (kurang dari setahun) maka yang cocok untuk anda adalah RDPU, deposito, tabungan rencana, dll.
Bila tujuannya untuk jangka menengah, maka investasi yang cocok untuk anda adalah RDPT, obligasi, sukuk, emas, tanah, dll.
Bila tujuannya untuk jangka panjang, maka investasi yang cocok untuk anda adalah RDS, saham, unit link, dana pensiun, dll.

Ketiga,sesuaikan investasi anda dengan jumlah investasi yang tersedia.
Misalnya bila anda memiliki dana yang jumlahnya sedikit, maka anda boleh mencoba Reksa Dana, deposito, tabungan rencana.
Bila anda memiliki dana yang jumlahnya lumayan, maka anda boleh memilih Reksa Dana, emas, obigasi, sukuk, unit link, dana pensiun, dll.
Bila anda memiliki dana yang jumlahnya cukup besar, makaanda boleh memilih Reksa Dana, emas, properti, saham, unit link, obligasi, sukuk,dll.
 
Keempat, sesuaikan investasi anda dengan kemampuan yang anda miliki.
Bila anda sama sekali tidak mengetahui bagaimana prospek tentang Reksa Dana (dan instrumen yang lain), maka jangan pilih instrumen tersebut (walaupun sebenarnya dapat dipelajari).
Memang sebagian besar investasi yang relatif simple untuk masyarakat umum mempunyai keuntungan yang sebagaian besar relatif kecil (misalnya deposito, dana pensiun, tabungan rencana, dll) tapi itu lebih baik dari pada anda tidak memahami investasi yang anda pilih yang kemungkinan anda menderrita kerugian dengan jumlah besar.
Sumber : penulis (Barkah Alkhaliq)

Selasa, 21 Oktober 2008

Profil resiko

Ingin tahu seberapa besar profil resiko anda?

Jawab pertanyaan berikut lalu jumlahkan nilai yang tertera.

1. Berapa usia Anda?

a. 21-35 tahun. (20)
b. 36-49 tahun. (10)
c. 50 tahun lebih. (2)

2. Pernyataan manakah yang paling tepat menggambarkan sikap anda terhadap resiko?
a. Saya berani dan bersedia mengambil resiko yang tinggi dalam investasi untuk meningkatkan kemungkinan memperoleh
  hasil yang lebih besar pula. (10)
b. Saya selalu berhati-hati tetapi saya bersedia mempertimbangkan resiko tertentu untuk meningkatkan kemungkinan
  memperoleh hasil yang lebih tinggi. (5)
c. Saya sangat tidak menyukai resiko dan saya tidak ingin nilai investasi saya menurun walaupun sedikitpun. (1)

3. Pertanyaan manakah yang paling tepat menggambarkan sikap diri Anda sendiri?
a. Saya menganggap diri saya sebagai investor dan saya bersedia mengambil resiko dalam investasi untuk memperoleh hasil
  yang lebih besar pula. (10)
b. Saya menganggap diri saya cenderung sebagai penabung daripada sebagai investor, tetapi saya bersedia mengambil resiko
  tertentu dalam investasi untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi. (5)
c. Saya menganggap diri saya sebagai penabung. (1)

4. Bagaimana pandangan Anda mengenai kemungkinan Anda kehilangan dari nilai investasi Anda?
a. Saya tidak keberatan dengan kemungkinan saya menderita kerugian dari investasi ini karena saya telah menyediakan dana
  cadangan untuk kehidupan kebutuhan hidup saya. (10)
b. Saya dapat menerima sedikit naik turun dari hasil investasi saya (termasuk kerugian) karena saya melakukan investasi
  untuk jangka panjang. (5)
c. Saya tidak ingin menderita kerugian sedikitpun dari investasi saya karena saya tidak memiliki dana cadangan untuk
  memenuhi kebutuhan hidup saya. (1)

5. Kapan kira-kira Anda akan mulai memanfaatkan hasil investasi anda?
a. Lebih dari 5 tahun yang akan datang.(10)
b. Antara 3-5 tahun mendatang. (5)
c. Dalam 3 tahun mendatang. (1)

6. Berapa persen dari total asset Anda (misalnya uang tunai) yang akan Anda alokasikan untuk investasi ini?
a. Lebih dari 70%. (10)
b. Antara 35%-70%. (5)
c. Kurang dari 35%. (1)

7. Apakah Anda merasa perlu melakukan investasi ini untuk mendukung pendapatan tahunan rutin Anda?
a. Hampir tidak juga, karena saya sudah memiliki pendapatan rutin yang lebih dari cukup yang berasal dari gaji dan sumber
  pendapatan lainnya (termasuk investasi saya disini) untuk memenuhi kebutuhan hidup saya. (10)
b. Mungkin, tergantung dari kondisi keuangan saya dalam beberapa tahun mendatang. Saya juga mungkin harus mencairkan 
  investasi saya untuk menunjang pendapatan saya. (5)
c. Pasti, saya pasti akan menarik sebagian dari investasi ini tiap tahun untuk mendukung pendapatan rutin saya. (1)

8. Apakah Anda memperkirakan suatu pengeluaran besar dalam kurun 5 tahun mendatang, yang akan menyebabkan Anda harus
  mencairkan seluruh investasi Anda ini (misalnya membeli rumah, membeli mobil, membayar kuliah, dll)?
a. Saya hampir tidak mungkin akan mencairkan investasi saya ini dalam kurun waktu 5 tahun. (10)
b. Walaupun saya mungkin perlu melakukan suatu pengeluaran besar dalam 5 tahun mendatang, mungkin saya tidak akan perlu
  melakukan pencairan investasi untuk membiayainya. (5)
c. Ya, saya akan mencairkan investasi saya ini dalam waktu 5 tahun mendatang untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
  besar yang saya perkirakan. (1)

9. Pernyataan manakah yang paling tepat menggambarkan tujuan Anda berinvestasi?
a. Saya melakukan investasi untuk tujuan jangka panjang (pensiun, biaya kuliah anak, dll). (10)
b. Saya melakukan investasi untuk tujuan jangka menengah (membeli mobil, membeli rumah, dll). (5)
c. Saya melakukan investasi untuk memenuhi kebutuhan hidup saya sehari-hari. (1)

Jumlahkan nilai Anda!

Hasil:
Niali 1-24 (Conservative) :
-Money Market/TD (0-1yr) 90%
-Fixed Income (1-3yr) 10%
-Balanced (3-5yr) 0%
-Equity (>5yr) 0% 

Nilai 25-49 (Tolerant) :
-Money Market/TD (0-1yr) 20%
-Fixed Income (1-3yr) 70%
-Balanced (3-5yr) 10%
-Equity (>5yr) 0%

Niali 50-74 (Growth Oriented) :
-Money Market/TD (0-1yr) 10%
-Fixed Income (1-3yr) 20%
-Balanced (3-5yr) 60%
-Equity (>5yr) 10%

Nilai 75-100 (Risk Taker) :
-Money Market/TD (0-1yr) 5%
-Fixed Income (1-3yr) 0%
-Balanced (3-5yr) 15%
-Equity (>5yr) 80%


Sumber : PNM

Memahami Karakteristik Reksadana Saham

Berdasarkan pengalaman berinteraksi dengan banyak investor, pertanyaan "Harusnya kan MI bisa memprediksi kalau market akan jatuh, jadi seharusnya mereka bisa jual sahamnya dulu - bisa juga cut loss - nanti baru beli kembali di harga yang lebih rendah. Kenapa didiamkan saja portofolionya?" sering mengemuka dan sering menjadi pertanyaan yang emosional bagi investor, terutama yang sudah mulai panik melihat trend penurunan indeks. Menurut hemat penulis, pertanyaan tersebut muncul dari nasabah yang belum memahami esensi dari reksa dana saham. 

Penulis sering menjelaskan sbb: untuk reksa dana saham, terlepas ada atau tidaknya aturan mengenai batasan minimum 80% di saham dalam batasan investasi reksa dana saham, kecil kemungkinan MI akan berani menurunkan porsi sahamnya secara signifikan. Mengapa? karena selalu ada kemungkinan indeks berbalik arah dengan cepat. Lain halnya dengan reksa dana campuran, yang batasan investasinya memang memiliki fleksibilitas yang memungkinkan MI menaikkan atau menurunkan bobot saham secara lebih leluasa. Dan seperti kita ketahui, dalam kondisi bearish, reksa dana campuran bisa lebih sedikit penurunannya dibandingkan indeks namun pada kondisi bullish, reksa dana campuran sulit untuk mengikuti kenaikan indeks. 

Jadi sebaiknya nasabah diberi pengertian bahwa kinerja reksa dana saham akan sangat berkorelasi dengan naik-turunnya indeks. Sementara untuk nasabah yang berharap penurunannya tidak sedalam penurunan indeks, pilihannya adalah reksa dana campuran. Konsekuensi berinvestasi di reksa dana campuran adalah potensi imbal hasilnya lebih rendah daripada reksa dana saham. karena risikonya juga lebih rendah. 

Investor juga perlu diberi pengertian bahwa sulit sekali memprediksi
apakah indeks masih akan turun atau sudah di titik terendah serta kapan indeks akan segera berbalik arah. Pertanyaan "Harusnya kan MI bisa memprediksi kalau market akan jatuh, mereka jual sahamnya dulu - bisa juga cut loss - nanti baru beli kembali, jangan di diamkan saja," sebetulnya adalah permasalahan edukasi. 

Investor perlu memahami bahwa sangat tidak mudah (jika sulit untuk
mengatakan tidak mungkin) untuk mempredikasi naik-turunnya indeks.
Kadang-kadang penulis suka menanggapi pertanyaan ini atas dengan
sedikit bercanda, "Kalau saja ada orang atau MI yang bisa memprediksi indeks akan jatuh atau akan naik, maka ia tidak perlu bekerja jadi analis atau jadi MI sekalipun. Cukup tinggal di rumah saja dan pasti kaya raya dengan jual beli saham... "  

Perlu dipahami pula bahwa reksa dana saham sejatinya adalah instrumen investasi jangka panjang yang cocok untuk investor yang memiliki kapasitas untuk menunggu. Dengan adanya kapasitas ini berarti investor tidak perlu terlalu concerned dengan fluktuasi pasar dalam jangka pendek, melainkan lebih berpegang pada potensi reksa dana untuk menghasilkan pertumbuhan investasi dalam jangka panjang. Terkait dengan horison jangka panjang ini pengelolaan reksa dana bertumpu pada analisa fundamental (identifikasi katalis dan potensi laba emiten di masa mendatang), bukan pada analisa teknikal yang memonitor pergerakan indeks jangka pendek (identifikasi support dan resistance level). 

Syukurlah penulis saat ini mendapati bahwa sudah jauh lebih banyak
nasabah yang mengerti dari pada yang tidak mengerti tentang hal di
atas. Sehingga, sekali lagi, kuncinya adalah edukasi. Makin banyak
investor yang cerdas, makin kuat industri reksa dana kita dan makin
berkembang juga perekonomian kita karena pasar modal bisa berperan lebih besar dalam perekonomian nasional. 
Sumber : Melinda Natalia Wiria (member portal reksadana)

Senin, 20 Oktober 2008

Berita Harian : IHSG 20 Oktober 2008

IHSG hari Senin 20 Oktober 2008 ditutup menguat  27,514 poin (1,97%) ke posisi 1.426,938

Topp Gainer               : CPRO-W    +3 (33,33%)

Top loser                     : BUDI-W    -137 (-73,26)

Most Active Stocks    : CPIN Value: 691.049,54  Vol: 3.636.524

Most Active Brokers : Indo Premier Securities Value :82.828.976.000  Vol: 66.482.000 

Bagaimana Cara Kerja Reksa Dana?

Dalam prakteknya, Manajer investasi tidak menunggu investor untuk memasukkan uang lebih dulu sebelum mereka membeli produk investasi, tapi dibalik. Mereka beli dulu produk-produk investasinya, baru kemudian investasi itu dijajakan kepada investor. 

Bagaimana caranya? Oke, pertama-tama, manajer investasi (yang menerbitkan Reksa Dana) akan mengundang sejumlah pihak untuk menjadi sponsor/promotor (penyandang dana). Dari sponsor inilah akan didapat dana yang cukup besar, yang akan dialokasikan ke sejumlah produk investasi. 

Untuk contoh, kita misalkan saja total dana yang didapat dari sponsor adalah Rp 1 triliun. Dana sebesar itu, oleh Perusahaan Reksa Dana (melalui tim pengelola investasi-nya) akan dibelikan sejumlah investasi, seperti dibelikan sejumlah deposito di berbagai bank, dengan jangka waktu satu bulan. Contoh seperti Tabel 1. 

Setelah itu, Perusahaan Reksa Dana akan membagi investasi tersebut ke dalam pecahan-pecahan kecil, yang disebut dengan nama Unit Penyertaan (UP), dimana masing-masing UP akan bernilai Rp 1.000. Sehingga dari total investasi senilai Rp 1 triliun seperti dicontohkan diatas akan didapat UP sebanyak Rp 1 triliun : Rp 1.000 = 1 miliar UP. 

Nah, UP inilah yang akan diterbitkan dan dijual ke masyarakat. Dengan demikian, investasi yang dilakukan oleh investor adalah dengan cara membeli UP itu. Untuk menyeragamkan, maka UP Reksa Dana pada awalnya selalu dijual dengan harga awal Rp 1.000. Dalam hal ini, harga atau nilai UP tersebut disebut juga dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB). 

Jumlah UP yang dibeli investor berbeda-beda, ada yang hanya membeli 100 UP, tetapi ada juga yang membeli 1.000, 5.000, atau bahkan 10.000 UP. Semua itu tergantung dana masing-masing investor. Selain itu, investor juga harus membayar komisi untuk Perusahaan Reksa Dana, yang biasanya maksimal sekitar 0,75% sampai dengan 3% dari total investasi Anda. Sebagai contoh, bila Anda membeli 1.000 UP dengan harga total Rp 1.000.000, maka Anda harus menambahkan sekitar Rp 7.500 sampai Rp 30.000 untuk komisi manajer investasi. 

Dalam dunia reksa dana, komisi untuk manajer investasi ini sering disebut dengan nama "biaya penjualan". Ini karena komisi tersebut harus Anda bayar pada saat Anda membeli UP yang dijual itu. 

Selanjutnya, karena reksa dana diatas dialokasikan ke dalam Deposito Berjangka 1 bulan, maka tentunya setelah 1 bulan, akan ada bunga deposito yang didapat, sehingga akibatnya NAB dari UP Anda akan naik. Dalam contoh di atas, kita misalkan bahwa masing-masing deposito akan memberi bunga yang sama (meski kenyataannya akan berbeda-beda), seperti contoh tabel 2. 

Menurut contoh tersebut, nilai UP yang tadinya dibeli seharga Rp 1.000, setelah satu bulan telah naik menjadi Rp 1.010. Ini berarti, dalam 1 bulan, si pemilik UP (investor) telah mendapatkan kenaikan NAB sebesar 1% per bulan. 

Dalam kenyataannya, perubahan NAB suatu reksa dana sangat bergantung pada instrumen investasi yang dipilih tim pengelola investasi. Apabila mereka memilih instrumen deposito sebagai produk investasinya, maka NAB reksa dananya akan terus naik dan tidak mungkin mengalami penurunan. Ini karena sifat deposito yang pasti memberikan keuntungan berupa bunga, sehingga akan terus menambah nilai aset reksa dana. 

Tapi ada juga reksa dana yang khusus berinvestasi ke dalam saham. Saham, tidak seperti deposito, memiliki kemungkinan keuntungan yang tidak pasti sifatnya. Bisa naik, bisa pula turun. Karena itu, nilai UP pada reksa dana saham memiliki kemungkinan untuk naik dan juga untuk turun. UP yang tadinya Anda beli seharga Rp 1.000, misalnya, bisa saja jadi Rp 900 pada satu bulan kemudian karena saham-saham yang dipilih oleh manajer investasi turun nilainya. Di sisi lain, bila nilai saham naik, besar kenaikan tersebut bisa lebih besar daripada deposito. Itulah sebabnya, reksa dana jenis ini disebut dengan nama reksa dana growth income. 

Reksa dana lainnya ada yang berinvestasi ke dalam obligasi (surat hutang), dan ada juga yang berinvestasi ke dalam kombinasi dari dua atau lebih instrumen investasi, semisal gabungan saham dan obligasi, atau obligasi dan deposito. 

Jadi, sebelum membeli reksa dana, tanyalah pada si penjual reksa dana atau bacalah terlebih dahulu prospektusnya (penjelasannya) sehingga Anda tahu reksa dana jenis apakah yang akan Anda beli. Apakah itu reksa dana yang mengalokasikan investasinya pada saham, obligasi, deposito, atau kombinasi antara dua atau tiga instrumen investasi.
(dikutip dari perencanaankeuangan.com)

Minggu, 19 Oktober 2008

Apa itu Reksa Dana

Menurut sumber dari wikipedia Pengertian Reksadana Reksadana berasal dari kata ’’reksa’’ yang berarti kelola atau pelihara dan ’’dana’’ yang berarti uang. Jadi, reksadana dapat diartikan pengelolaan uang atau kumpulan uang yang dikelola bersama. Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dinyatakan bahwa ’’Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi’’. Pengertian tersebut, memiliki tiga unsur penting yaitu, pertama, adanya dana dari investor; kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek; dan ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Reksadana bertujuan untuk membantu dan memobilisasi pemodal kecil dan pemodal badan usaha untuk melakukan investasi di pasar modal. Dengan membeli reksadana, maka para pemodal telah melakukan investasi langsung pada surat berharga. Secara prinsip, investasi pada reksadana dilakukan dengan menyebar sejumlah investasi pada beberapa efek yang diperdagangkan di pasar modal (seperti saham, obligasi, dan efek lainnya) dan pasar uang. Hal ini untuk memperkecil risiko yang dihadapi oleh investor sesuai dengan istilah yang sangat dikenal dalam pasar modal ’’don’t put all your eggs on the one of basket’’. Reksadana merupakan sebuah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah uang kepada pengelola reksadana, untuk dipergunakan sebagai modal dalam berinvestasi di pasar uang atau pasar modal. Dibanding dengan instrumen investasi lain, reksadana dapat memberikan fasilitas berupa penciptaan skala ekonomi dalam berinvestasi melalui penggabungan dana antara para pemodal untuk menciptakan investasi dalam skala besar, dapat meminimumkan risiko karena dilakukannya diversifikasi portofolio dan penyediaan tenaga manajemen profesional dengan biaya operasional yang rendah serta terlindungi dari berbagai praktek kecurangan.

Lalu menurut sumber dari danareksa online Secara definisi, Reksa Dana adalah wadah untuk menghimpun dana masyarakat yang dikelola oleh badan hukum yang bernama manajer investasi untuk kemudian diinvestasikan ke aset finansial lainnya seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang lainnya. Penginvestasian dana ke dalam beberapa aset finansial inilah yang merupakan proses diversifikasi investasi. 

Pada Reksa Dana, seluruh dana yang ada tidak disimpan oleh manajer investasi, tetapi disimpan di pihak yang bernama bank kustodian. Selain itu, bank kustodian juga berfungsi sebagai administrator yang mencatat dan memberikan konfirmasi atas seluruh transaksi pembelian dan penjualan Reksa Dana, serta menghitung Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana setiap harinya.

Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah nilai yang menggambarkan total kekayaan Reksa Dana setiap harinya. Nilai ini dipengaruhi oleh pembelian dan penjualan Reksa Dana oleh para investor, selain dari harga pasar dari aset Reksa Dana itu sendiri.

Jika Anda membeli Reksa Dana, maka bank kustodian akan memberikan konfirmasi berupa kepemilikan Anda atas sejumlah unit penyertaan. Unit penyertaan adalah satuan yang menunjukkan kepemilikan Anda di dalam reksa dana tersebut. Jumlah unit penyertaan ini akan tetap selama Anda tidak melakukan pembelian reksa dana lagi. Banyaknya unit penyertaan yang Anda dapatkan tergantung dari harga NAB per unit pada hari dimana Anda membeli reksa dana tersebut. 

NAB per unit adalah harga yang didapatkan dari NAB sebuah reksa dana dibagi dengan total unit penyertaan yang beredar pada hari itu. NAB per unit diterbitkan setiap harinya di berbagai media, termasuk di web site ini. Perlu Anda ketahui, tingginya NAB per unit sebuah Reksa Dana tidak menunjukkan bahwa Reksa Dana itu sudah mahal, begitu pula sebaliknya. Umumnya, NAB per unit yang tinggi menunjukkan bahwa Reksa Dana itu sudah cukup lama sehingga aset-asetnya telah mengalami kenaikan nilai yang tinggi.

Untuk lebih memahami transaksi dalam Reksa Dana, silahkan perhatikan ilustrasi di bawah ini :
Pada tanggal 3 Juli 2007, Anda membeli Danareksa Mawar sebesar Rp. 10.000.000. NAB/unit Danareksa Mawar pada hari itu adalah Rp. 2.546,87. Maka unit penyertaan yang Anda miliki adalah 10.000.000/2.546,87 = 3.926,3880 unit penyertaan.
Pada tanggal 18 Februari 2008, Anda menjual kembali seluruh Reksa Dana Anda. NAB/unit Danareksa Mawar pada hari itu adalah Rp. 5.214,84. Maka total investasi yang Anda dapatkan adalah 3.926,3880 x 5.214,84 = Rp. 20.475.485.

Selamat datang

Selamat datang di blog investasi kita. Blog ini berisikan berbagai jenis investasi yang ada (sebagian besar Reksa Dana), trik trik investasi yang cocok buat anda, berita terkait yang up to date, dan berbagai komentar dari anda sebagai pengunjung agar blog investasi kita semakin bermutu.

Walaupun isi content dalam blog ini sangat bermanfaat untuk investor yang masih cupu atau yang ingin menjadi investor, tapi tidak memungkinkan blog ini memberikan informasi yang belum diketahui oleh investor yang sudah berpengalaman.

Anda yang sudah pakar dalam bidang investasi dapat memberi saran, kritik, komentar, dll di blog ini atau langsung via email di :

cbslbi_bmlibmjr@yahoo.com

cbslbi.bmlibmjr@gmail.com

Sekian kata pengantar dari saya semoga blog ini banyak dikunjungi banyak orang.

Selamat berinvestasi

Sesuaikan profil resiko anda dengan instrumen investasi anda.